Kamis, 19 Juni 2014

Judul Jurnal     : Jurnal Teknologi Pendidikan
Penulis             : Dr. R. Mursid, M.Pd.

Implementasi Model Pembelajaran Kemitraan Berbasis Kompetensi Melalui Vocational Skill Berorientasi Produksi



Pendahuluan
P
erkembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran di Perguruan Tinggi merupakan tuntutan logis dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sangat pesat dewasa ini. Perkembangan IPTEKS mengisyaratkan penyesuaian dan peningkatan proses pembelajaran secara terus menerus. Disamping itu, perlu adanya inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas lulusan yang siap pakai di dunia kerja, serta meningkatkan daya saing.
Model pendidikan tinggi pada LPTK-PTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan- Pendidikan Teknologi Kejuruan) sudah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi dimaksud meliputi kompetensi-kompetensi yang dibutuh-kan untuk menjadi mahasiswa yang cerdas dan kompeten, sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh du/di (dunia usaha/dunia industri)/asosiasi
profesi. Bermitra dan peran industri sangat besar mulai dari menetapkan standar kompetensi, merumuskan kurikulum bersama, ikut dalam proses pembelajaran dengan memberikan kesempatan mahasiswa magang ke du/di dan memberikan sertifikasi serta ikut dalam uji kompetensi sehingga lulusan pendidikan kejuruan merupakan tenaga yang siap pakai menjadi guru di bidang kejuruan maupun di industri. Hasil pengamatan pada lulusan perguruan tinggi, semua program studi di Indonesia selama ini tidak mampu untuk cepat beradaptasi dengan kebutuhan dunia industri modern. Akibatnya, tingkat pengangguran lulusan Perguruan Tinggi dari waktu ke waktu terus meningkat. Kondisi ini disebabkan oleh terjadinya kesenjangan persepsi antara pengelola Perguruan Tinggi dalam menghasilkan lulusannya dengan pengelola industri yang akan menggunakan lulusan Perguruan Tinggi.
(Gaspersz, 2002:83).
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di LPTK-PTK adalah; (1) memberikan referensi bagi program studi dalam meningkatkan relevansi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja sesuai perkembangan ipteks dan paradigma baru pendidikan, dan (2) menjaga standar mutu dalam penyelenggaraan program studi. Kompetensi lulusannya tidak hanya diarahkan untuk menjadi guru dan memenuhi kebutuhan industri sesaat, tetapi juga pada kebutuhan perkembangan penerapan ipteks yang diterapkan industri.
Permasalahan
Permasalahan tersebut di atas dapat dirumuskan “Bagaimana model pembelajaran kemitraan berbasis kompetensi melalui vocational skill berorientasi produksi diterapkan pada mata kuliah praktik di LPTK-PTK?” Berdasarkan fokus permasalahan, maka dapat ditujukan pertanyaan, yaitu; Bagaimana model desain dan model implementasi pembelajaran kemitraan berbasis kompetensi melalui vocational skill berorientasi produksi yang mengarah pada pengembangan kreativitas mahasiswa pada mata kuliah praktik di LPTK-PTK?. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Teknologi pembelajaran, mempunyai empat aspek yang saling terkait, yaitu: (1) the theory and practice; (2) design, development, utilization, management and evaluation; (3) processes and resourses; and (4) learning. Domain “pengembangan”  termasuk kawasan kedua, yaitu “design development, utilization, management and evaluation. Keempat kawasan tersebut mempunyai tujuan utama yaitu memicu dan memacu proses belajar serta memberikan kemudahan atau fasilitas belajar.
Secara substansial, Garavan and McGuire (2001:144-154), menjelaskan bahwa kompetensi dapat dilihat dari dua aspek yakni sebagai atribut individual dan sebagai hasil pembelajaran. Dari aspek atribut indivudual, kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seseorang yang dapat menghasilkan unjuk kerja. Dari aspek hasil pembelajaran, kompetensi dapat diartikan sejauh mana unjuk kerja telah mencapai standar yang diperlukan. Kompetensi dipandang sebagai atribut individual bersifat lebih fleksibel dan oleh karenanya kompetensi ini lebih digunakan untuk pekerjaanpekerjaan di industri yang lebih luas dan kompleks.
Proses pembelajaran di LPTKPTK diarahkan kepada:
1.      kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan perbedaan kemampuan individu dan dapat mengembangkan bakat dan potensinya dalam bidang keahlian secara optimal (competency based learning),
2.      kegiatan pembelajaran ditekankan pada pemberian pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan terkait dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari,
3.      pembelajaran perlu diarahkan untuk mendorong mahasiswa dapat mengkomunikasikan kreasi temuannya kepada masyarakat luas sehingga dapat mengembangkan empatinya dengan menyelaraskan pengeta-huan yang dimiliki dengan tindakannya, dan
4.      pembelajaran diarahkan untuk menciptakan iklim kompetisi sehingga dapat menghasilkan karya-karya yang inovatif dan produktif.
Pembelajaran Kemitraan Berbasis Kompetensi
Pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi mahasiswa serta tuntutan kualifikasi dan kompetensi dalam kehidupan dunia kerja, maka pendidikan tinggi perlu membangun hubungan yang selaras dengan masyarakat, dunia usaha, dan semua pihak-pihak yang terkait. Hubungan ini dibangun dalam konteks kemitraan sebagi upaya terciptanya pendidikan berkualitas bagi mahasiswa. Keterlibatan masyarakat dan du/di serta lembaga swasta dalam pendidikan di perguruan tinggi diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap pembentukan keterampilan hidup (life skill) yang dapat berupa keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan meneliti (research skill), keterampilan social (social skill), keterampilan komunikasi (communication skill), dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah (problem solving skill), serta pengembangan kreativitas dan daya cipta. Membentuk hubungan kemitraan dalam pengembangan pembelajaran, pendidikan tinggi LPTK-PTK secara proaktif membangun komunikasi dengan masyarakat, perusahaan dan pihak-pihak lain yang dibutuhkan. Kampus dalam hal ini, melakukan beberapa hal, diantaranya;
1.      sosialisasi program pembelajaran, guna membangun ekspektasi terhadap pembelajaran,
2.      komunikasi intensif kepada perusahaan untuk penyusunan program pembelajaran secara bersama, dan
3.      melakukan kerja bersama dalam mewujudkan pembelajaran yang bermakna.
Pembelajaran praktik pada dasarnya adalah pembelajaran keterampilan. Matakuliah praktik merupakan pembelajaran praktik yang memberikan pengetahuan dan keterampilan praktik sesuai kompetensi yang dirancang dan dikembangkan dengan memadukan pendekatan Broadbased dan Competency-based Curriculum diwujudkan dalam rancang bangun pengorganisasian materi kurikulum secara berjenjang dan berkesinambungan dalam bentuk kompetensi yang terdapat dalam bidang keahlian dan program keahlian sesuai bidang dan jenis pekerjaan yang ada di du/di.
Pembelajaran Praktik Berbasis Kompetensi Berorientasi Produksi
Pembelajaran praktik mengacu pada pembelajaran berbasis kompetensi yaitu model pembelajaran di mana perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan pembelajaran
berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan mahasiswa untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran praktik berbasis kompetensi adalah
1.      penguasaan kompetensi oleh mahasiswa,
2.      penguasaan kompetensi mahasiswa harus memiliki kesepadanan dengan kompetensi tersebut dimana digunakan,
3.      aktivitas belajar mahasiswa bersifatperseorangan, dan
4.       pembelajaran
kompetensi harus ada bahan pengayaan (enrichment) bagi mahasiswa yang lebih cepat dan program perbaikan (remedial) bagi mahasiswa yang lamban, sehingga perbedaan irama belajar mahasiswa terlayani (Depdiknas.1999).
Menurut Seels and Richey (1994) faktor yang menentukan perbedaan rancangan pembelajaran adalah subyek yang diajarkan atau materi pelajarannya. Melalui klasifikasi materi perkuliahan selanjutnya dapat ditentukan proses pembelajaran berdasarkan pada salah satu taksonomi. Pelaksanaan pembelajaran kompetensi dengan orientasi pada life skill dan pendekatan berbasiskan produk dilakukan:
1.      Untuk menumbuhkembangkan life skill mahasiswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
2.      Pelaksanaan pembelajaran ditekankan untuk dapat menghasilkan produk hasil belajar mahasiswa baik berupa benda jadi atau jasa, sebagai aplikasi dari kompetensi yang dipelajari, untuk itu dosen merencanakan produk dari hasil pembelajaran kompetensi
3.      hasil kegiatan di atas kemudian dirancang rangkaian kegiatan belajar untuk setiap kompetensi/sub kompetensi, dan
4.      kegiatan penyusunan rencana pembelajaran per kompetensi.
Pengembangan keterampilan praktik berbasis kompetensi mengacu pada orientasi produksi.
Pelaksanaan pembelajaran kompetensi dengan orientasi pada kecakapan hidup dan pendekatan berbasiskan produksi dilakukan:
1.      untuk menumbuhkembangkan kecakapan hidup mahasiswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
2.      pelaksanaan pembelajaran ditekankan untuk dapat menghasilkan produk hasil belajar mahasiswa baik berupa benda jadi atau jasa, sebagai aplikasi dari kompetensi yang dipelajari, untuk itu dosen/instruktur merencanakan produk dari hasil pembelajaran kompetensi.
3.      Hasil kegiatan di atas kemudian dirancang rangkaian kegiatan belajar untuk setiap kompetensi/subkompetensi, dan
4.      kegiatan penyusunan rencana pembelajaran per kompetensi.
Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi Pengembangan model
Pembelajaran yang baik disesuaikan dengan kondisi tertentu. Kondisi ini adalah besar kecil atau kompleks tidaknya suatu lembaga pendidikan, ruang lingkup tugas lembaga pendidikan, serta kemampuan pengelola. Suparman dan Joice (1997) menjelaskan model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran serta mengarahkan kita dalam mendisain pembelajaran untuk membantu pebelajar sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai.
Model pembelajaran menurut Mager (1967), bahwa proses pembelajaran memerlukan tiga tahap:
1.      tahap persiapan (preparation phase),
2.      tahap pengembangan (development phase), dan
3.       tahap perbaikan/kemajuan (improvement phase). Tahap persiapan direncanakan untuk memberikan jaminan bahwa informasi dan praktek yang penting untuk suatu pekerjaan tertentu benarbenar termasuk dalam pembelajaran.
Tahap pengembangan melalui unit outlining yaitu tugas kerja agar supaya pada akhir unit peserta dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat lakukan, sequencing, content selection, procedures selection, sequencing and lesson plan completion, dan course tryout.
Kaitannya dengan pengembang-an model pembelajaran berfungsi mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembelajaran agar tercapai pembelajaran yang efektif, efisien, berdaya tarik, dan humanis. Joice (1996) menjelaskan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat perangkat pembelajaran serta mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu pebelajar sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai.
Model Pembelajaran Berorientasi Produksi
Model pembelajaran berorien-tasi produksi mengharapkan supaya program pendidikan keteknikan dilaksanakan di dua tempat. Model strategi pendidikan yang dilaksanakan di kampus dan di luar kampus atau di industri, bila di kampus erasing dari dunia kerjanya, pendidikan kampus telah membentuk dunianya sendiri yang disebut dunia kampus.

 Di kampus dilaksanakan teori dan praktek dasar keteknikan dan juga di industri, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat.
Kesimpulan
Model dan metode pembelajaran kemitraan berbasis kompetensi melalui vocational skill berorientasi produksi mempunyai karakteristik bidang studi dalam pembelajaran praktik. Prinsip pembelajaran yang secara umum dilakukan melalui perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajar-an dan evaluasi pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran dosen dituntut agar mampu dan berusaha dalam memahami secara seksama proses dan prosedur atau langkah-langkah pembelajaran dari beberapa komponen pembelajaran yang ada. Beberapa tahapan pembelajaran harus diikuti dan dilalui agar secara utuh proses pembelajaran dengan model yang dikembangkan ini dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam kegiatan pembelajaran praktik ini, dosen perlu memegang prinsip, bahwa model pembelajaran ini adalah pembelajaran yang memfokuskan pada upaya untuk meningkatkan keterampilan praktik mahasiswa dengan berbagai aktivitasnya dalam proses pembelajaran. Dosen perlu mengarahkan mahasiswa, tidak saja pada pemahaman materi, tetapi juga pada bagaimana mahasiswa melakukan praktik yang beorientasi produksi dengan segala aspek pendukung dan persyaratan yang cukup ketat dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tuntutan mitra du/di. Dosen dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model ini, tidak dapat secara cepat dikuasai, tetapi memerlukan waktu dan proses.Melalui penerapan pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi Melalui Vocational Skill Berorientasi Produksi, merupakan orientasi baru dalam pendidikan pada pembelajaran yang menjadikan lembaga pendidikan sebagai lembaga kecakapan hidup, dengan pendidikan yang bertujuan mencapai kompetensi (selanjutnya disebut pembelajaran berbasis kompetensi), dengan proses pembelajaran yang autentik dan kontekstual yang dapat menghasilkan produk bernilai yang bermakna bagi mahasiswa, dan memberi layanan pendidikan berbasis luas melalui berbagai jalur dan jenjang pendidikan yang fleksibel multi-entry-multi-exit.

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi Melalui Vocational Skill Berorientasi Produksi, yang proses pembelajarannya diharapkan menghasilkan produk yang bernilai bagi mahasiswa, menuntut lingkungan masyarakat du/di untuk berkerjasama dengan Unit Produksi dalam wadah lembaga Pendidikan Tinggi LPTK-PTK sebagai lingkungan belajar yang kaya dan nyata (rich and natural environment), yang dapat memberikan pengalaman belajar pada dimensi-dimensi kompetensi secara integratif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar