Kamis, 19 Juni 2014

Judul Jurnal               :Implementasi model Cooperative learning berbantuan komputer Dalam pembelajaran pendidikan matematika I Pada mahasiswa PGSD
Penulis             : Trimurtini


Pendahuluan
D
Dalam proses pembelajaran sering dijumpai mahasiswa PGSD di UNNES Semarang yang tidak mau bertanya kepada pendidik (dosen) meskipun sebenarnya belum memahami materi yang disampaikan.
Strategi yang sering digunakan pengajar untuk mengaktifkan mahasiswa adalah melibatkan mahasiswa dalam diskusi dengan seluruh mahasiswa.
Model cooperative learning, adalah strategi belajar mengajar dengan jalan mengelompokkan mahasiswa /peserta didik berdasarkan tingkat kemampuannya pada kelompok yang kecil. Pada cooperative learning, keberhasilan peserta didik akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya berhasil (Deutsch, 1962).
Menurut Slavin (1995), pengaruh kerja kelompok secara umum adalah positif.Pada bukti terbaiknya Slavin menemukan bahwa 72% dari 68 studi menunjukkan prestasi yang tinggi untuk kerja kelompok (cooperative learning) pada kelompok eksperimen
dibandingkan kelas kontrol.
            Cooperative Learning merupa-kan strategi pembelajaran yang mendorong peserta didik aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses.Peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang heterogen.
Menurut Johnson & Johnson (1993) dalam Lie (2004:18), cooperative learning didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok tersetruktur, dalam struktur ini, ada lima unsur pokok yang menyusunnya, yaitu saling ketergantu-ngan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok
Menurut Tapscott dalam Growing Up Digital, kita adalah generasi pertama. Media digital yang dimaksud di sini adalah penggunaan komputer dalam pembelajaran yang dikepung oleh media digital (Dryden, 2001: 90).
Menurut Sutisna (2006), pemanfaatan komputer dalam pembelajaran dapat berfungsi sebagai tool, tutor dan tutee.
Menurut Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1997:89), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata kuliah, lazimnya ditunjukan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan pengajar.
Menurut Soesilo dkk (2006:4) tes hasil belajar sebagai alat ukur untuk menentukan taraf keberhasilan metode mengajar yang telah digunakan pengajar dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Syah (2003:109) proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Sedangkan keterampilan menur-ut Reber (Syah, 2003:121) adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
Cara Penelitian
            Berikut langkah-langkah kegiat-an pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen :
1.      Mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 – 6 orangdengan kemampuan yang heterogen. Pembagian kelompok berdasar-kan data awal yang berupa nilai mata kuliah Matematika.
2.      Tiap kelompok diberi tugas untuk mempelajari sub pokok bahasan (kurikulum matematika SD, teori belajar matematika di SD, strategi pembelajaran matematika di SD).
3.      Masing-masing kelompok diminta membuat ringkasan tentang sub pokok bahasan yang dipelajari dan mengungkapkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika di SD.
4.      Presentasi kelompok, tiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
5.      Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap keterampilan berproses dari masing-masing mahasiswa dengan bantuan dua orang pengamat.
Pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu:
1. metode tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar mahasiswa pada pokok bahasan pembelajaran matematika di SD.
2. metode pengamatan, digunakan untuk memperoleh data keterampilan proses.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
            Dari hasil uji kesamaan varian, data menggunakan uji Bartlett yang dilakukan pada nilai mata kuliah Matematika di kesepuluh kelas yang ada, diperoleh 3 kelas yang mempunyai varian sama, yaitu kelas A, B dan H.
            Kelas eksperimen terdiri dari 36 mahasiswa. Selama kegiatan perkuliahan dengan model Cooperative Learning, dilakukan pengamatan terhadap masing-masing mahasiswa untuk mencari data tentang keterampilan proses mahasiswa selama pembelajaran berlangsung.
            Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari 36 mahasiswa, ada 20 mahasiswa masuk dalam kategori terampil (56%), 8 mahasiswa cukup terampil (22%), 7 mahasiswa sangat terampil (19%), dan 1 mahasiswa tidak terampil (3%).
            Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh keterampilan berproses terhadap hasil belajar mahasiswa sebesar 54,5%.
            Dapat dikatakan keterampilan berproses berpengaruh cukup besar terhadap hasil belajar mahasiswa. Persamaan liniernya dapat dituliskan Yˆ=1,621+23,616.
            Diperoleh bahwa data kedua kelas variansinya berbeda, kemudian dengan melihat angka signifikan sebesar 1,7% kurang dari 5%, berarti ada perbedaan antara kela eksperimen dan kelas kontrol. Dengan memperhati-kan nilai rata-rata, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol.
            Ketuntasan belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis dengan menggunakan uji t satu sampel. Untuk kelas eksperimen diperoleh angka signifikan 60,7% lebih dari 5%, berarti H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen dapat mencapai indikator ketuntasan 70.
            Tetapi untuk kelas kontrol diperoleh angka signifikan 0% kurang dari 5%, berarti ditolak. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas kontrol tidak dapat mencapai indikator ketuntasan 70.
Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Pengaruh keterampilan berproses dalam penerapan model cooperative learning berbantuan komputer terhadap hasil belajar Pendidikan Matematika I pada mahasiswa PGSD cukup besar yaitu 54,5%.
2.      Model cooperative learning berbantuan komputer lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Matematika I pada mahasiswa PGSD.

Model cooperative learning dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk mengatasi beberapa hal yaitu keadaan mahasiswa dengan kemampuan yang sangat bervariasi, jumlah mahasiswa dalam kelas yang terlalu banyak, serta padatnya materi pembelajaran yang harus diselesaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar