Judul Jurnal :Implementasi model Cooperative learning berbantuan komputer Dalam pembelajaran pendidikan matematika I Pada mahasiswa PGSD
Penulis :
Trimurtini
Pendahuluan
D
|
Dalam proses
pembelajaran sering dijumpai mahasiswa PGSD di UNNES Semarang yang tidak mau
bertanya kepada pendidik (dosen) meskipun sebenarnya belum memahami materi yang
disampaikan.
Strategi yang sering
digunakan pengajar untuk mengaktifkan mahasiswa adalah melibatkan mahasiswa
dalam diskusi dengan seluruh mahasiswa.
Model cooperative
learning, adalah strategi belajar mengajar dengan jalan mengelompokkan
mahasiswa /peserta didik berdasarkan tingkat kemampuannya pada kelompok yang
kecil. Pada cooperative learning, keberhasilan peserta didik akan tercapai jika
dan hanya jika setiap anggota kelompoknya berhasil (Deutsch, 1962).
Menurut Slavin (1995),
pengaruh kerja kelompok secara umum adalah positif.Pada bukti terbaiknya Slavin
menemukan bahwa 72% dari 68 studi menunjukkan prestasi yang tinggi untuk kerja
kelompok (cooperative learning) pada kelompok eksperimen
dibandingkan kelas kontrol.
Cooperative
Learning merupa-kan strategi pembelajaran yang mendorong peserta didik aktif
menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses.Peserta didik
belajar dalam kelompok kecil yang heterogen.
Menurut Johnson &
Johnson (1993) dalam Lie (2004:18), cooperative learning didefinisikan sebagai
sistem kerja atau belajar kelompok tersetruktur, dalam struktur ini, ada lima
unsur pokok yang menyusunnya, yaitu saling ketergantu-ngan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok
Menurut Tapscott dalam
Growing Up Digital, kita adalah generasi pertama. Media
digital yang dimaksud di sini adalah penggunaan komputer dalam pembelajaran yang
dikepung oleh media digital (Dryden, 2001: 90).
Menurut Sutisna (2006),
pemanfaatan komputer dalam pembelajaran dapat berfungsi sebagai tool, tutor dan
tutee.
Menurut Tim Penyusun
Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1997:89), prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
kuliah, lazimnya ditunjukan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan
pengajar.
Menurut Soesilo dkk
(2006:4) tes hasil belajar sebagai alat ukur untuk menentukan taraf keberhasilan
metode mengajar yang telah digunakan pengajar dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Syah (2003:109)
proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa
perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Sedangkan keterampilan
menur-ut Reber (Syah, 2003:121) adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah
laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan
untuk mencapai hasil tertentu.
Cara
Penelitian
Berikut langkah-langkah
kegiat-an pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen :
1. Mahasiswa
dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 – 6 orangdengan
kemampuan yang heterogen. Pembagian kelompok berdasar-kan data awal yang berupa
nilai mata kuliah Matematika.
2. Tiap
kelompok diberi tugas untuk mempelajari sub pokok bahasan (kurikulum matematika
SD, teori belajar matematika di SD, strategi pembelajaran matematika di SD).
3. Masing-masing
kelompok diminta membuat ringkasan tentang sub pokok bahasan yang dipelajari
dan mengungkapkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika di SD.
4. Presentasi
kelompok, tiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas.
5. Selama
proses pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap keterampilan berproses dari
masing-masing mahasiswa dengan bantuan dua orang pengamat.
Pengambilan data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu:
1.
metode tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar mahasiswa pada pokok
bahasan pembelajaran matematika di SD.
2.
metode pengamatan, digunakan untuk memperoleh data keterampilan proses.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil uji
kesamaan varian, data menggunakan uji Bartlett yang dilakukan pada nilai mata
kuliah Matematika di kesepuluh kelas yang ada, diperoleh 3 kelas yang mempunyai
varian sama, yaitu kelas A, B dan H.
Kelas eksperimen terdiri dari 36 mahasiswa. Selama
kegiatan perkuliahan dengan model Cooperative Learning, dilakukan pengamatan
terhadap masing-masing mahasiswa untuk mencari data tentang keterampilan proses
mahasiswa selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari 36
mahasiswa, ada 20 mahasiswa masuk dalam kategori terampil (56%), 8 mahasiswa
cukup terampil (22%), 7 mahasiswa sangat terampil (19%), dan 1 mahasiswa tidak
terampil (3%).
Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh keterampilan
berproses terhadap hasil belajar mahasiswa sebesar 54,5%.
Dapat dikatakan keterampilan berproses berpengaruh cukup
besar terhadap hasil belajar mahasiswa. Persamaan liniernya dapat dituliskan
Yˆ=1,621+23,616.
Diperoleh bahwa data kedua kelas variansinya berbeda,
kemudian dengan melihat angka signifikan sebesar 1,7% kurang dari 5%, berarti
ada perbedaan antara kela eksperimen dan kelas kontrol. Dengan memperhati-kan
nilai rata-rata, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih
baik dari hasil belajar kelas kontrol.
Ketuntasan belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
dianalisis dengan menggunakan uji t satu sampel. Untuk kelas eksperimen diperoleh
angka signifikan 60,7% lebih dari 5%, berarti H0 diterima. Dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar kelas eksperimen dapat mencapai indikator ketuntasan 70.
Tetapi untuk kelas kontrol diperoleh angka signifikan 0%
kurang dari 5%, berarti ditolak. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas
kontrol tidak dapat mencapai indikator ketuntasan 70.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh
keterampilan berproses dalam penerapan model cooperative learning berbantuan
komputer terhadap hasil belajar Pendidikan Matematika I pada mahasiswa PGSD
cukup besar yaitu 54,5%.
2. Model
cooperative learning berbantuan komputer lebih efektif dibandingkan model pembelajaran
konvensional dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Matematika I pada
mahasiswa PGSD.
Model cooperative
learning dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk mengatasi beberapa hal yaitu
keadaan mahasiswa dengan kemampuan yang sangat bervariasi, jumlah mahasiswa
dalam kelas yang terlalu banyak, serta padatnya materi pembelajaran yang harus
diselesaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar