BAB I
POTENSI
SEMEN ALTERNATIF DENGAN BAHAN
DASAR
KAPUR DAN FLY ASH
UNTUK
KONSTRUKSI RUMAH SEDERHANA
Abstrak
Sejauh ini belum banyak alternatif lain selain semen Portland yang
dapat diterima oleh masyarakatsebagai bahan pengikat pada konstruksi perumahan.
Di lain pihak proses produksi semen Portland, selainmenimbulkan pencemaran
udara melalui gas CO2, juga memerlukan energi yang tinggi yang berakibatkepada
tingginya harga semen tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa semen
alternatif dengan bahandasar kapur dan fly ashdapat dijadikan sebagai
pengganti semen Portland secarakeseluruhan pada pembangunan perumahan
sederhana, baik sebagai beton untuk konstruksi strukturaldengan mutu K-175
maupun konstruksi non struktural seperti pasangan bata dan juga concrete
block.Dengan proses produksinya yang lebih sederhana dan tidak memerlukan
energi sebesar yang diperlukanuntuk menghasilkan semen Portland, semen
alternatif ini memiliki potensi mereduksi biaya konstruksisehingga dicapai
hasil yang lebih ekonomis serta ramah lingkungan.
Kata kunci : semen
alternatif, semen Portland, kapur, fly ash, rumah sederhana
Pendahuluan
1.1.Latar belakang
Bangunan biasanya dikonotasikan
dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana
atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan
manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya
serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi. Umumnya sebuah peradaban
suatu bangsa dapat dilihat dari teknik teknik bangunan maupun sarana dan
prasarana yang dibuat ataupun ditinggalkan oleh manusia dalam perjalanan
sejarahnya.
Bangunan berkaitan dengan
kemajuan peradaban manusia, maka dalam perjalanannya, manusia memerlukan ilmu
atau teknik yang berkaitan dengan bangunan atau yang menunjang dalam membuat
suatu bangunan. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari hal tersebut
seperti halnya arsitektur, teknik sipil yang
berkaitan dengan bangunan. Penggunaan trigonometri dalam matematika juga
berkaitan dengan bangunan yang diduga digunakan pada masa mesir kuno dalam
membangun piramida. Pada masa sekarang, bangunan-bangunan berupa gedung
tinggi dianggap merupakan ciri kemajuan peradaban manusia.
Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan
apa yang ada di alam sebagai sarana dan prasarana ataupun infrastruktur dalam
kehidupannya. Seperti halnya memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian
memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat
infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan kayu. Setelah ditemukan bahan
bahan tambang yang dapat digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang
sebuah bangunan seperti halnya barang logam dan mengolah bahan bahan alam
seperti mengolah batuan kapur, pasir dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia
membuat bahan bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang
bahan-bahannya bakunya diambil dari alam.
1.2.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk
mengetahui bahan-bahan bangunan yang biasa digunakan di dalam pekerjaan
konstruksi bangunan terutama pengunaan kapur
Pembahasan
1.3 Kapur
Kapur termasuk bahan bangunan
yang penting. Bahan ini telah dipakai sejak zaman kuno. Orang-orang mesir kuno
memakai kapur untuk memplester bangunan. Di indonesia, kapur dikenal sebagai
bahan ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan sebagainya. Untuk bahan bangunan dapat
dibagi dalam 2 macam berdasarkan penggunaan yaitu kapur pemutih dan kapur
aduk.kedua macam kapur tersebut dapat dalam bentuk kapur tohor, maupun kapur
padam (pubi-1982).
Sifat-sifat kapur sebagai bahan bangunan (bahan ikat) yaitu:
· mempunyai sifat plastis yang baik (tidak getas)
· sebagai mortel, member kekuatan pada tembok.
· dapat mengeras dengan cepat dan mudah.
· mudah dikerjakan.
· mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata.
Kapur dapat dipakai untuk keperluan sebagai berikut:
· sebagai bahan ikat pada mortel
· sebagai bahan ikat pada beton.
Bila dipakai bersama-sama semen portland, sifatnya menjadi lebih baik dan dapat
mengurangi kebutuhan semen portland.
· sebagai batuan jika berbentuk batu kapur.
· sebagai bahan pemutih.
Semen berasal
dari kata latin “caementum” yang berarti perekat. Semen adalah hydraulic
binder (perekat hidraulik), artinya senyawa-senyawa didalam semen dapat
beraksi dengan airmembentuk zat baru yang dapat mengikat benda-benda padat
lainnya membentuk satu kesatuanmassa yang kompak, padat, dan keras (Banerjea,
1980). Pada perkembangannya banyak jenissemen yang dibuat disesuaikan dengan
kebutuhan dalam pembangunan, namun semen Portlandtetap merupakan jenis semen
yang paling banyak digunakan di dalam konstruksi di Indonesia.Sejak tahun 1999
konsumsi semen Portland untuk konstruksi di Indonesia terus meningkat.Tahun
1999, konsumsi tersebut mencapai 18,77 juta ton, tahun 2000 sebesar 22,29 juta
ton,tahun 2001 mencapai 25,53 juta ton, dan tahun 2002 mencapai 28 juta ton
(Soenarno, 2003).Pada tahun 1995 pernah terjadi defisit pasokan semen Portland
sebesar 4,8 juta ton dalam satutahun.
Di dalam konstruksi perumahan,
terutama untuk Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS) sebenarnya
tidak dibutuhkan perekat yang berkekuatan sangat tinggi seperti semen Portland,
namun demikian jenis semen ini masih yang paling banyak digunakan. Proses
produksi semen Portland membutuhkan temperatur yang sangat tinggi yang
menyebabkan harga semen jenis ini relatif mahal. Untuk efisiensi biaya,
kebutuhan semen dengan kekuatan tidak terlalu tinggi sebaiknya dipenuhi dengan
jenis yang proses produksinya tidak membutuhkan energi tinggi. Untuk itu
sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menghasilkan semen alternatif yang
dapat diandalkan.
Salah satu jenis
semen alternatif adalah yang dibuat dengan bahan dasar kapur yang dicampur
dengan bahan pozzolan. Semen alternatif seperti ini sering juga disebut sebagai
kapur hidraulik atau hydraulic lime (British Geological Survey, 2005).
Jenis pozzolan untuk kebutuhan tersebut yang telah diteliti di Indonesia
terutama adalah tras, tanah liat, dan abu sekam (Puslitbang Permukiman, 2000;
Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Barat, 2002). Beberapa hasil
penelitian mengenai semen alternatif di Indonesia menghasilkan
produk-produk,baik yang telah di pabrikasi ataupun belum di pabrikasi, seperti:
• Semen
Pozzolan Kapur (SPK) Puslitbang Pemukiman
• Semen
Hidraulis Alternatif (SHA)
• Semen
Polimer
• Semen Cap
Rumah (SCR)
• Semen Merah
Selain
bahan-bahan tersebut, sebenarnya fly ash merupakan bahan pozzolan yang
sangat potensial namun selama ini baru banyak digunakan sebagai substitusi
parsial semen Portland pada campuran beton. Baik kapur maupun fly ash merupakan
bahan-bahan yang relatif mudah dan murah diperoleh karena ketersediaan kapur di
daerah-daerah di Indonesia cukup besar dan fly ash banyak tersedia
terutama di PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Tulisan ini
menyajikan penelitian eksperimental yang dilakukan untuk mengkaji
sejauh
mana potensi campuran kapur dan fly ash atau yang disebut dengan kapur
hidraulik untuk berfungsi sebagai semen alternatif pada pembangunan Rumah
Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS) dan dengan demikian mencapai
efisiensi biaya. Kapur yang digunakan adalah kapur Padalarang.
1. 4Jenis-jenis Batu Kapur
Sifat-sifat batu kapur sangat
dipengaruhi oleh pengotoran atau tercampurnya unsur-unsur lain. Oleh karena itu
jenis batu kapur dibedakan menurut kemurniaannya, yaitu :
a)
Batu kapur kalsium (CaCO3) dengan kemurnian tinggi, bila unsur lain < 5 %
b)
Batu kapur Magnesia (CaCO3MgCO3) bila mengandung 5 – 20 % magnesia magnesium
karbonat.
c)
Batu kapur dolomite, bila mengandung magnesium karbonat > 30 % tetapi <
44 %.
d)
Batu kapur hidrolis, bila mengandung > 5 % senyawa lain yang terdiri dari
alumina, silica dan besi.
e)
Margel, batu kapur yang tercampur tanah liat didapat dalam bentuk gumpalan
lunak dan mudah terlepas. Batu kapur jenis ini biasanya digunakan sebagai bahan
dasar semen.
f)
Marmer dan batu kapur padat. Batu kapur ini mengandung bermacam-macam senyawa
lain yang mengalami metamorphose sehingga mempunyai warna bermacam-macam,
bentuk kristal berbeda-beda dan keadaannya padat dan keras.
Untuk
membedakan batu kapur dengan batuan lainnya dapat dilakukan dengan cara
meneteskan asam chloride (HCL) pada permukaan batuan tersebut. Asam chlorida
akan bereaksi dengan batu kapur, reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3 + 2 HCL → CaCl2 +
H2O + CO2 (gas)
A. Pengolahan
Batu Kapur menjadi Kapur
Untuk menghasilkan 1 ton kapur tohor, secara teoritis
diperlukan 1,79 ton batu kapur kalsium atau 1,9 ton batu kapur magnesium.
Tetapi dalam prakteknya diperlukan minimal 2 ton batu kapur untuk menghasilkan
kapur tohor. Hal ini tergantung dari jenis tungku pembakar, efisiensi tungku,
sifat batu kapur dan kecermatan dalam pelaksanaan pembakaran dalam tungku.
Proses
pengolahan kapur dapat dijelaskan sebagai berikut :
B. Pembakaran Batu Kapur
Pembakaran batu kapur pada suhu 500°C tidak banyak
berpengaruh, hanya menguapkan air yang dikandungnya saja. Jika dipanaskan
terus, pada suhu tertentu batu kapur akan mengurai dan berubah molekulnya. Batu
kapur kalsium (CaCO3) mulai mengurai pada suhu 900°C dan batu kapur magnesium
(MgCO3) mulai mengurai pada suhu 700 – 770°C. Pada suhu ini penguraian belum
sempurna, sehingga diperlukan suhu yang lebih tinggi agra batu kapur terurai
sempurna. Suhu dimana batu kapur mulai mengurai disebut dengan “suhu keseimbangan/suhu
desosiasi”.
Reaksi kimia proses
penguraian :
1) CaCO3 + suhu 900°C →
CaO + CO2
Batu kapur kalsium + dipanaskan suhu 900°C → kapur tohor
kalsium + gas 2) MgCO3 + suhu 700-770°C → MgO + CO2 Batu kapur magnesium +
dipanaskan suhu 700-770°C → kapur tohor magnesium + gas 3) CaCO3 MgCO3 + suhu
700-900°C → CaOMgO + 2CO2 Batu kapur dolomit + dipanaskan suhu 700-900°C →
kapur tohor dolomit + gas .Bila pemanasan mencapai suhu terlalu tinggi, oksida
yang terbentuk akan memadat dan sukar bereaksi dengan air pada saat proses
pemadaman. Kondisi ini disebut dengan terbakar lewat. Suhu
pembakaran batu kapur yang ideal 1000°C-1350°C. Pada suhu ini, penguraian
mula-mula terjadi pada permukaan batu kapur, kemudian perlahan-lahan pada
bagian butirnya. Waktu yang diperlukan tergantung dari besarnya ukuran butiran
batu kapur yang dibakar.
Pada pembakaran batu
kapur terjadi 2 hal :
1)
Pembakaran tidak
sempurna dimana bagian dalam butiran batu kapur tidak mengalami penguraian dan
batu kapur akan merupakan butiran-butiran kecil yang tidak terbakar. Biasanya
suhu pembakaran di bawah suhu desosiasi.
2)
Suhu yang terlalu
tinggi dan pembakaran yang terlalu lama , menyebabkan batu kapur terbakar
lewat/mencapai titik lelehnya. Oksida kapur yang terbentuk volumenya menyusut 25
– 50 % sehingga menjadi keras dan pori-porinya menjepit. Kondisi ini membuat
kapur sukar bereaksi dengan air/sukar dipadamkan.
Kedua hal ini
diusahakan tidak terjadi karena kapur yang dihasilkan berbutir kasar dan
mengganggu pada saat pemakaian kapur. Pembakaran kapur di lakukan di
tumgku-tungku pembakaran yang dindingnya menggunakan bata tahan api. Ada 2
jenis tungku pembakaran, yaitu tungku tegak ( shaft kiln) dan tungku putar.
Tungku tegak digunakan untuk membakar batu kapur dengan ukuran butiran kecil,
sedangkan tungku tegak digunakan untuk ukuran butiran besar. Tungku yang biasa
digunakan adalah tungku tegak, dengan tinggi 6 – 14 meter, diameter 1,5 – 3,6
meter. Bahan bakar yang digunakan berupa kayu bakar dan minyak bakar. Untuk di
Indonesia, masih menggunakan tungku tegak tradisional.
Proses pembakaran di
dalam tungku :
1)
Batu kapur dimasukkan
dari bagian atas tungku. Ukuran batu kapur 10 – 20 cm.
2)
Bahan bakar dipasang di
bagian bawah, sedikit di atas dasar tungku.
3)
Kapur tohor hasil
pembakaran dikeluarkan dari dasar tungku.
4)
Batu kapur di dalam
tungku mengalami proses : penyiapan batu kapur, pemanasan pendahuluan,
pembakaran (kalsinasi), pendinginan kapur tohor.
C. Pemadaman
kapur Tohor
Pemadaman kapur (slakking) bertujuan untuk merubah kapur
tohor menjadi kapur hidroksida dengan cara mereaksikannya dengan air.
Kapur tohor yang akan dipadamkan
dihamparkan di atas lantai terbuka setebal 30 – 50 cm, kemudian disiram air
sebanyak ± ½ x berat kapur tohor. Akibat penyiraman air ini kapur tohor berubah
menjadi kapur padam Ca(OH)2, volumenya berubah, kapur menjadi panas dan airnya
menguap. Setelah reaksinya berhenti, kapur padam ini diaduk-aduk. Bila masih
ada bagian kapur yang belum padam, disiram lagi dengan air. Hasil pemadaman
dibiarkan selama 24 jam, kemudian diaduk lagi untuk memisahkan butir-butir batu
kapur yang belum pecah dan masih mentah. Kemudian kapur padam ditimbun di
tempat terbuka. Cara pemadaman ini paling banyak dilakukan orang. Dari
pemadaman cara ini didapatkan bubuk kapur padam berwarna putih.
Kerugian-kerugian pemadaman dengan cara kering adalah :
a)
Panas dan uap yang timbul dalam proses hidrasi cepat
hilang sehingga sering dijumpai masih terdapat butir-butir kapur yang belum
padam. Uap panas ini berguna untuk mempercepat pemadaman kapur tohor, terutama
untuk kapur yang terbakar lewat.
b)
Air yang dipakai kurang
terkontrol sehingga kapur yang dihasilkan seringkali terlalu basah. Pada
umumnya hasil pemadaman mempunyai kadar air 20 25 %. Kapur padam yang terlalu
basah akan mudah menarik CO2 dari udara sehingga akan terbentuk CaCO3 kembali.
Pada penyimpanan yang agak lama, kapur yang terlalu basah akan cepat mengeras
dan mengganggu proses pengikatannya. Pemadaman yang baik menghasilkan kapur
tohor berbutiran halus dengan kadar air kurang dari 10 %.
c)
Setelah dilakukan
pemadaman, seringkali tidak dilakukan pengayakan maupun penggilingan sehingga
kapur yang dihasilkan mengandung butiran-butiran kasar yang mungkin terdiri
dari kapur yang belum padam atau kapur mentah. Batu kapur yang belum padamini
berakibat buruk pada saat kapur digunakan sebagai perekat adukan karena akan
terjadi pemadaman susulan setelah kapur ada di dalam tembok. Hal ini
menyebabkan tembok retak atau pecah-pecah setempat.
2) Pemadaman Basah
Pemadaman basah
menghasilkan kapur padam berbentuk bubur. Cara ini biasanya dilakukan bila
kapur padamnya akan segera dipakai. Pemadaman dilakukan di dalam bak. Kapur
tohor diberi air yang banyak ± 2- 3 kali dari berat kapur tohornya. Pada proses
ini terjadi proses hidrasi dari kapur tohor menjadi kapur padam Ca(OH)2 dan
panas, sehingga air di dalam bak terlihat mendidih. Kapur padam yang dihasilkan
dibiarkan di dalam bak selama 1 hari dan hasilnya berupa kapur padam kental.
Pemadaman dengan cara ini menghasilkan kapur padam yang lebih baik, berbutiran
halus dan kapur yang terbakar lewat dapat terpadamkan dengan sempurna.
Kerugiannya adalah dihasilkan kapur padam yang basah sehingga tidak dapat
disimpan terlalu lama. e. Proses Pengerasan Kapur Kapur dapat mengeras dan
mempunyai kekuatan disebabkan oleh dua macam proses kimia yang terjadi di
lingkungan basah (bila ada air), yaitu :
1)
Kapur padam bereaksi
dengan CO2 dari udara dan membentuk karbonat, (kalsium karbonat atau batu
kapur).
2)
Kapur padam bereaksi
dengan senyawa lain terutama silica dan membentuk kalsium silikat yang mengeras
seperti batu serta tidak larut dalam air.
Keterangan :
1) Pengerasan dengan
CO2
Pengerasan kapur terjadi karena
reaksi kimia : Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O Kapur padam di dalam adukan tembok
atau plester mengikat CO2 dari udara kemudian mengeras manjadi batu kapur
(CaCO3). Proses ini hanya terjadi jika kapur dalam keadaan basah oleh air.
Dalam keadaan kering reaksi ini tidak dapat terjadi. Bila gas CO2 berlebihan
dan selalu dalam keadaan basah, CaCO3 yang telah terbentuk akan larut dalam
air. Oleh karena itu tembok atau adukan yang selalu terendam dalam air akan
cepat rusak. Reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3 + CO2 + H2O → Ca(HCO3)2
(bikarbonat)
2)
Pengerasan dengan senyawa lain
Pengerasan ini terjadi pada adukan
yang dibuat dari kapur dan pasir. Kapur padam bereaksi dengan silica, alumina
dan besi yang terkandung dalam pasir, semen merah(tras) sehingga terbentuk
senyawa komplek kalsium silikat hidrat. Reaksinya adalah :
Ca(OH)2 + n SiO2 + m H2O → CaO nSiO2 mH2O (kalsium silikat hidrat)
Bila
terdapat pula oksida alumina (Al2O3) dan oksida besi (Fe2O3), maka oksida ini
akan bergabung dengan silikat hidrat sehingga membentuk senyawa komplek yang
keras seperti batu dan tidak larut dalam air. Silika murni berbentuk kristal
dan sukar bereaksi dengan kapur. Oleh karena itu diperlukan silica aktif, yaitu
silica amorf atau mikro kristalin yang terdapat pada semen merah atau tras.
Oleh sebab itu, adukan yang terbuat dari kapur dan pasir bersih saj
kekuatannya/kekerasannya kurang baik dibandingkan bila adukan dicampur dengan
kapur, semen merah/tras dan pasir.
Pengerasan kapur hanya terjadi apabila diberi air dan kapur mempunyai
butiran-butiran yang halus.
·
Syarat-syarat
kapur yang baik :
1) Mengandung butiran-butiran halus dan aktif
2) Sebelum dipakai harus dalam keadaan kering
3) Pada penimbunan, kapur harus selalu kering dan tertutup.
f. Mutu dan sifat-sifat kapur
Mutu kapur yang dihasilkan suatu industri sangat dipengaruhi oleh : mutu
dan kemurnian batu kapur sebagai bahan baku, kesempurnaan pembakaran dan
pemadaman kapur tohor.
·
Sifat-sifat
penting yang menentukan mutu kapur adalah :
1) Prosentase bagian yang aktif dalam kapur, yaitu kadar CaO, SiO, Al2O3
dan MgO.
2) Kehalusan butiran. Kapur tidak boleh mengandung butiran kasar, yang
biasanya terdiri dari bagian kapur yang belum terbakar sempurna, terbakar lewat
atau belum terpadamkan.
3) Kekekalan bentuk adukan yang terbuat dari kapur tersebut.
4) Kekuatan adukan yaitu berupa kuat tekan adukan yang terbuat dari
campuran kapur, pasir dan air.
Mengenai mutu dan sifat kapur untuk banguunan dan pengujiannya tercantum
dalam SII 00244-80.
1.5 Unsur/bahan
Bahan dasar kapur ialah batu kapur. Batu kapur mengandung kalsium karbonat (caco3). Dengan pemanasan (kiraekira 980° c) karbon oksidanya ke luar, dan tinggal kapurnya saja (cao). Susunan kimia maupun sifat bahan dasar yang merigandung kapur mi berbeda dan satu ke tempat yang lain. Bahkan dalam satu tempat pun belum tentu sama. Kalsium oksida yang diperoleh mineral biasa disebut “quicklime”kadang-kadang ditambahkan pula untuk membentuk semen yang cepat mengeras. Kemudian dimasukkan dalam kantong dengan berat tiap-tiap kantong 40 kg.
Kapur dari hasil pembakaran
ini, bila ditambah dengan air akan mengembang dan retak-retak sebagai akibat
banyaknya jumlah panas yang dikeluarkan hingga seperti mendidih. Proses ini
menghasilkan ca. (oh2) atau kalsium hidroksida. Perbandingan berat
air yang digunakan untuk proses ini merupakan 32 % dari berat kapur, tetapi
karena faktor-faktor pembakaran, jenis kapur dan sebagainya, kadang-kadang
jumlah air yang dibutuhkan dan sebagainya, kadang-kadang jumlah air yang
dibutuhkan sampai 2 atau 3 kali berat kapur.
Proses penambahan air pada
kapur ini disebut slaking, yang menghasilkan kalsium hidroksida, yang disebut
dengan slaked lime atau hydrated line.
Bila kalsium hidrat ini
dicampur dengan air, akan diperoleh mortar kapur atau spesi campuran kapur. Di
udara terbuka mortar ini menyerap karbon dioksida co2 dan dengan
proses kimia menghasilkan ca. Co3 yang bersifat keras dan tidak
larut dalam air.
1.6 Kapur tohor
Kapur tohor, atau dikenal pula dengan nama kimia kalsium oksida
(cao), adalah hasil pembakaran kapur mentah (kalsium karbonat atau caco3) pada suhu
kurang lebih 90 derajat celcius. Jika disiram dengan air, maka kapur tohor akan menghasilkan panas dan berubah
menjadi kapur padam (kalsium
hidroksida, caoh)
Saat kapur tohor disiram
dengan air, terjadi reaksi sebagai berikut:
Cao (s) + h2o
(l)
ca(oh)2
(aq) (δhr = −63.7 kj/mol of cao)
1.7 Fungsi
Reaksi kapur tohor dengan air yang memberikan energi berupa
panas, telah lama diketahui dan dimanfaatkan untuk memasak dengan biaya yang
murah. Catatan mengenai hal ini sudah dibuat oleh al
razi
dari persia, namun belum terpikirkan untuk kegunaannya dalam memasak. Barulah
pada era victoria potensinya mulai disadari sebagai pengganti bahan
bakar yang umum. Dan kini dipertimbangkan untuk makanan kaleng yang bisa
memanaskan dirinya sendiri. Kapur tohor yang dipanaskan hingga suhu 2400
derajat celcius menghasilkan cahaya terang. Sifat ini dimanfaatkan dalam
pembuatan panggung teater sebelum adanya lampu listrik. Kapur tohor dengan sifat
basanya juga dimanfaatkan dalam pembuatan telur bitan.
1.8 Industri semen
Kapur tohor adalah bahan penting dalam pembuatan semen. Komposisi dan jenis kapur yang
digunakan akan mempengaruhi hasil semen yang dihasilkan.
kapur merupakan salah satu bahan
bangunan yang tidak asing lagi bagi kita, namun tidak banyak yang mengetahui
asal kapur terbentuk, jenis kapur apa yang baik untuk bahan bangunan dan
bagaimana proses pembuatan kapur untuk bahan bangunan.Terbentuknya batu kapur/gampingBatu
gamping dapat dibedakan menjadi dua yaitu batu gamping non klastik dan batu
gamping klastik. Batu gamping non klastik merupakan koloni binatang laut
terutama terumbu dan koral yang merupakan anggota coelenterate sehingga
di lapangan tidak menunjukkan perlapisan yang baik dan belum banyak mengalami
pengotoran mineral lain. Sedangkan batu gamping klastik merupakan hasil
rombakan jenis batu gamping non klastik. (sukandarumidi 2004, dalam koordijanto
2009)Batu gamping yang komponennya berasal dari fasies terumbu oleh
fragmentasi mekanik, kemudian mengalami transportasi dan diendapkan kembali
sebagai partikel padat diklasifikasikan dalam batu gamping allochton
rudstoneBatu gamping (limestone) (caco3) adalah sebuah batuan
sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Sumber utama dari
calcite ini adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar
ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai pelagic ooze
Proses pembuatan kapur untuk bahan bangunan
1. Penambangan
Gambar 1. Penambangan batu gamping untuk bahan baku
industri kapur bahan bangunan
BAB II
2.1 Semen
Alternatif Dengan Bahan Dasar Kapur (Hydraulic Lime)
Semen alternatif dengan bahan dasar
kapur dicampur dengan bahan pozzolan yang sesuaisering disebut sebagai hydraulic
lime atau kapur. Di dalam campuran ini dari kapur diperolehkalsium
hidroksida sedangkan dari bahan pozzolan diperoleh silika dan alumina (SiO2
danAl2O3). (British Geological Survey, 2005).Hydraulic limes merupakan
material konstruksi tradisional yang merupakan perekat hidraulikutama yang
digunakan pada mortar sebelum dikembangkannya semen Portland pada tahun1824.
Bahan ini telah digunakan sejak lama setidaknya mulai dari zaman Romawi.
Istilah‘hidraulik’ digunakan untuk menggambarkan bahan yang akan mengeras di
dalam air akibathidrasi kimia antara kalsium hidtoksida dengan silika dan
alumina yang menghasilkan senyawasenyawa(CSH dan CAH) pembentuk kekuatan bahan
ini. Kekuatan tambahan diperoleh puladari proses karbonasi kalsium hidroksida
yang bebas dengan menyerap CO2 yang terdapat diudara.
Selain hydraulic limes (HL)
dikenal pula natural hydraulic limes (NHL) yang merupakan bahanyang
terdapat di alam yang mengandung kapur berlempung atau silika. Baik HL maupun
NHLsekarang telah diklasifikasikan menurut pertumbuhan kekuatan yang dicapai
pada umur 28 hariseperti material yang berbahan dasar semen. BS EN 459-1:2001
mengidentifikasi 3 klasifikasiNHL dan HL seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Dapat dicatat juga bahwa NHL dan HL akanterus mengalami pertambahan kekuatan
setelah usia 28 tahun yang biasa digunakan dalamstandar.
Di Indonesia, cadangan kapur
terdapat cukup banyak. Cadangan kapur di Jawa Barat menurutDinas Pertambangan
dan Energi adalah sebesar 1.223.400.323 m3 yang tersebar di beberapakabupaten
di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Majalengka,
KabupatenCirebon, dan lain-lain. Kandungan kimia yang terdapat dalam kapur
telah diteliti oleh Sihotang,Abinhot, dan Hazairin (2002) dan disajikan pada Tabel
2.
2.2 Fly
Ash Sebagai Pozzolan Untuk Semen Alternatif
Fly ash merupakan residu
mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari pembakaran batu barayang
dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik (ASTM C 618). Fly ash terdiri
dari bahaninorganik yang terdapat di dalam batu bara yang telah mengalami fusi
selama pembakarannya.Bahan ini memadat selama berada di dalam gas-gas buangan
dan dikumpulkan menggunakanpresipitator elektrostatik. Karena partikel-partikel
ini memadat selama tersuspensi di dalam gas-gasbuangan, partikel-partikel fly
ash umumnya berbentuk bulat. Partikel-partikel fly ash yangterkumpul
pada presipitator elektrostatik biasanya berukuran silt (0.074 – 0.005 mm).
Bahan initerutama terdiri dari silikon dioksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3)
dan besi oksida (Fe2O3).
Bahan ini
bersifat pozzolan dan bereaksi dengan kalsium hidroksida serta alkali
untukmembentuk senyawa-senyawa yang bersifat semen (cementitious).
Menurut ASTM C 618 ada dua kelas fly
ash, yaitu kelas F dan kelas C. Fly ash kelas Fdiproduksi dari
pembakaran batu bara antrasit and bituminus. Fly ash ini terdiri dari
bahanyang mengandung silika dan alumina, yang bila berada sendiri tidak
mengandung nilai, tetapidalam bentuk halus dan dengan adanya kelembaban, akan
beraksi kimia dengan kalsiumhidroksida pada temperatur biasa untuk membentuk
senyawa-senyawa yang bersifat semen. Flyash kelas C diproduksi secara
normal dari batu bara lignit dan sub-bituminus dan biasanyamengandung kalsium
hidroksida (CaO) atau kapur dalam jumlah yang signifikan. Fly ash kelasini,
disamping memiliki sifat pozzolan, juga memiliki sifat semen (ASTM C 618-99).
Warnamerupakan sifat fisik fly ash yang penting untuk menentukan
kandungan kapur secara kualitatif.Biasanya warna yang lebih muda
mengindikasikan kandungan kalsium oksida yang tinggisedangkan warna yang lebih
tua menunjukkan kandungan organic yang tinggi.Sampai saat ini pemanfaatan fly
ash di Indonesia terbatas hanya sebagai bahan tambahanataupun sebagai
subtitusi parsial semen Portland pada campuran beton. Fly ash belumdimanfaatkan
sebagai bahan pozzolan pada pembuatan semen alternatif, padahal fly ashmemiliki
kandungan kimia seperti yang telah diuraikan di atas dan dirinci pada Tabel
3.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kandungan mineral fly ash
dari batu bara adalah:
• Komposisi
kimia batu bara
• Proses
pembakaran batu bara
• Bahan
tambahan yang digunakan termasuk bahan tambahan minyak untuk stabilisasi
nyalaapi dan bahan tambahan untuk pengendalian korosi.
Fly ash memiliki silika
(SiO2) sebagai kandungan kimiawi dominan, sebesar 51,82 %, sehinggabila
dijadikan sebagai bahan pembentuk semen alternatif, bersama-sama dengan
kapurmenghasilkan suatu material bersifat semen yaitu CaOSiO2 yang bila diberi
air dapat bereaksihidrasi membentuk suatu masa padat.
Dengan
digunakannya fly ash sebagai material pembentuk semen alternatif, maka
jugadiharapkan dapat mengurangi jumlah limbah padat hasil pembakaran batu bara
tersebut.Pembentukan material yang bersifat semen melalui reaksi kapur bebas CaO
dengan pozzolan(Al2O3, SiO2, Fe2O3) dan air dikenal sebagai hidrasi. Untuk fly
ash kelas C, kalsium oksida(kapur) yang dikandung oleh fly ash dapat
bereaksi dengan material yang mengandung silikadan alumina (pozzolan) yang ada
di dalam fly ash itu sendiri. Sedangkan karena kandungankapur pada fly
ash kelas F relatif rendah sehingga diperlukan penambahan kapur
untukberlangsungnya reaksi hidrasi dengan pozzolan yang terkandung dalam fly
ash tersebut.Melihat kandungan kimia serta jumlah cadangan tambang kapur
dan jumlah produksi fly ashmaka kedua material tersebut berpotensi untuk
digunakan sebagai bahandasar pembentuk semen alternatif.
2.3 Kekuatan Bahan Pada Beberapa Komponen Bangunan
Di Dalam Konstruksi
Perumahan
Sederhana
Kebijakan pemerintah dalarn pembangunan
Rumah Sederhana (RS) dan Rumah SangatSederhana (RSS) bagi masyarakat
berpenghasilan rendah merupakan upaya mengatasi masalahperumahan di perkotaan.
Jenis rumah yang dibangun meliputi Rumah Sangat Sederhana (RSS)Tipe 21, Tipe
I8, Tipe 15, dan Tipe 12 dengan luas kapling 90 m2 serta Rumah Sederhana
(RS)Tipe 36, Tipe 45, Tipe 54 dan Tipe 70 dengan luas kapling 90 m2 sampai
dengan 200 m2(Puslitbang Permukiman, 1996).
Komponen
bangunan Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS) terdiri dari:
Pondasi
Komponen
struktur pondasi ini harus mempunyai kestabilan yang cukup dan
diletakkandibawah permukaan tanah.
Balok dan Kolom
Semua
komponen balok (komponen horizontal) dan kornponen kolom (komponen
vertikal)yang berfungsi sebagai kornponen utama struktur pendukung bangunan
yang mempunyaikekuatan kestabilan yang cukup. Komponen balok dan kolom harus
betul-betul horizontaldan vertikal dan menerus pada garis sumbu yang sama.
Kolom dan balok sedapat mungkinmempunyai lebar yang sama.
Atap
Terdiri dari
balok sofi dan gording yang memikul seluruh penutup bangunan
danmeneruskan beban bangunan tersebut ke balok dan kolom serta penutup bangunan
(asbesgelombang) yang berfungsi memberikan perlindungan bangunan terhadap
hujan, panas, danlain-lain. Komponen atap terbuat dari bahan yang ringan, kuat
dan mudah untuk dikerjakan.
Dinding
Sedapat
mungkin terbuat dari bahan yang ringan tetapi mampu menambah kekuatan
strukturbangunan serta mampu meredam suara dan panas. Komponen dinding pada
tipe RS danRSS terbuat dari pasangan bata merah dan pasangan batako.
Menurut Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman Jawa Barat, kuat tekan semen yangdibutuhkan untuk Rumah
Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS) adalah 100kg/cm2. Kebutuhan ini
sebenarnya jauh lebih rendah daripada kuat tekan mortar yangmenggunakan Semen
Portland yang biasa dipakai yaitu sebesar 500 kg/cm2. Selain itu, kuattekan
beton yang dibutuhkan berkisar antara 125 kg/cm2 – 175 kg/cm2, sedangkan beton
yangbiasa digunakan dengan menggunakan semen Portland sebagai bahan pengikat
dapatmenghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 450 kg/cm2. Selanjutnya, untuk
mortar/adukanpasangan bata merah dibutuhkan kuat tekan sebesar 25 kg/cm2 untuk
dinding yang tidakmemikul beban, sedangkan mortar yang biasa digunakan
menggunakan semen Portland yangmenghasilkan kuat tekan rata-rata sebesar 29
kg/cm2.Jadi sebenarnya kekuatan tekan yang dihasilkan oleh mortar maupun beton
yang menggunakansemen Portland jauh lebih besar dari yang dibutuhkan dalam
konstruksi perumahan sederhana,sehingga terjadi pemborosan. Ini terutama
disebabkan karena masyarakat hanya mengetahuisemen Portland saja sebagai bahan
yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat padahal hargasemen Portland relatif
mahal dan selalu mengalami kenaikan harga dari tahun ke tahun,
yangmengakibatkan kebutuhan biaya untuk membangun sebuah Rumah Sederhana (RS)
ataupunRumah Sangat Sederhana (RSS) menjadi mahal.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
dihasilkan semen alternatif yang mempunyai harga lebihmurah dibandingkan semen
Portland untuk menekan biaya pembuatan Rumah Sederhana (RS)dan Rumah Sangat
Sederhana (RSS). Biaya produksi semen alternatif tersebut harus lebihmurah
dibandingkan dengan semen Portland. Untuk itu bahan dasar yang dipergunakan
harusyang banyak terdapat di Indonesia dan perlu adanya penyederhanaan teknik
pembuatan semenuntuk menekan biaya produksi. Penurunan kekuatan tekan semen
yang dihasilkan tidak menjadimasalah selama syarat kekuatan konstruksi
perumahan sederhana terpenuhi.
2.4 Desain Eksperimental
Untuk Menghasilkan Semen Alternatif Bagi Konstruksi
Perumahan
Sederhana
Eksperimen dilakukan untuk
menghasilkan semen alternatif berbahan dasar kapur dan fly ash . Semen
alternatif yang diperoleh dicoba untuk diaplikasikan pada pembuatan pasanganbata,
conblock, dan beton untuk konstruksi perumahan sederhana. Selanjutnya
kekuatan tekanpasangan bata yang menggunakan mortar dari semen alternatif
tersebut dibandingkan terhadapkekuatan tekan pasangan bata yang menggunakan
bahan pengikat Semen Cap Rumah (SCR),Semen Pozzolan Kapur (SPK) dengan bahan
dasar tras dan kapur, dan Semen Portland.
2.5 Bahan
Dasar Semen Alternatif
Kapur yang digunakan memiliki
kandungan CaO sebesar 50,84 % dan fly ashmemiliki kandungan SiO2 sebesar
51,82 %. Menurut Dinas Pertambangan dan EnergiJawa Barat, cadangan kapur
tersedia sebesar 1.233.400.323 m3, tersebar di beberapa kabupatendi Jawa Barat.
Dengan mempertimbangkan kandungan kimia, jumlah ketersediaan bahan, dan
tingkatkemudahan memperoleh bahan, maka kapur dan fly ashtersebut
dipilihsebagai bahan dasar pembentuk semen alternatif.
2.6 Tungku
Pembakaran
Untuk menekan biaya
produksi, proses produksi semen alternatif direncanakan lebih sederhanadari
pada semen Portland. Bahan dasar berupa kapur dan fly ash dicampurkan menjadi
satu dengan ukuran butir yang sama. Setelah itu proses pembakarandilaksanakan
pada suhu 9000 C dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah.Peralatan yang
digunakan pada proses pembakaran semen alternatif direncanakan jauh
lebihsederhana dari pada peralatan pembakaran semen Portland. Peralatan
pembakaran semenalternatif berbentuk tungku segi empat dengan ukuran 90 x 60 x
40 cm. Tungku dibuat denganmenggunakan pasangan bata dengan tutup tungku
terbuat dari plat baja lengkung setebal 3 mm.
Untuk alat pembakar dipilih jenis
Simawar agar diperoleh semburan api dengan tekanan tinggi.Sebagai alat pengukur
suhu digunakan termo kopel dengan kapasitas pengukuran sampaidengan 10000C.
Tungku yang digunakan diperlihatkan pada
Gambar 1.
2.7 Hasil Eksperimen Mengenai Potensi Teknis Semen Alternatif
2.7.1
Sifat-Sifat Campuran Kapur Padalarang Dan Fly Ash Suralaya
a. Komposisi
Campuran
Beberapa komposisi campuran kapur
dan fly ashyang melalui prosespembakaran dan yang tidak melalui proses
pembakaran digunakan di dalam eksperimen iniuntuk mengetahui potensi teknisnya.
Komposisi campuran yang digunakan disajikan padaTabel 4.
b. Kandungan
Oksida
Hasil uji untuk mengetahui kandungan
oksida pada campuran semen alternatif yang melaluiproses pembakaran (dipilih
semen mutu A) dan yang tidak melalui proses pembakaran (dipilihsemen mutu E)
dibandingkan dengan kandungan oksida semen Portland disajikan pada Tabel 5.
Terlihat bahwa ada kenaikan kandungan oksida pada semen alternatif
yang mengalami prosespembakaran dibandingkan dengan yang tidak melalui proses
pembakaran. Selanjutnya,dibandingkan dengan semen Portland, semen alternatif
yang diteliti ini memiliki kandunganoksida silika lebih tinggi akibat adanya
kontribusi dari fly ash yang digunakan yang akanberperan di dalam reaksi
hidrasi.
c. Modulus
Semen
Hasil
pengujian Modulus Semen disajikan pada Tabel 6.
Pada Tabel 6 terlihat
bahwa nilai Modulus Silika (Ms) semen alternatif mutu A (tanpa dibakar)lebih
besar dibandingkan dengan semen alternatif mutu E (dibakar). Hal tersebut
mengakibatkanwaktu ikat semen mutu A lebih lambat. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa waktu ikat awalsemen alternatif mutu A adalah 3 jam sedangkan waktu ikat
akhirnya adalah 4 jam. Sementaraitu waktu ikat awal semen alternatif mutu E
adalah 2 jam 50 menit dan waktu ikat akhirnyaadalah 3 jam 40 menit. Waktu ikat
semen alternatif lebih lambat dibandingkan semen Portland.Nilai Lime
Saturation Factor (LSF) semen alternatif lebih besar dari yang disyaratkan,
yaitusebesar 0,66.
Selain mempengaruhi waktu ikat awal
dan akhir, Modulus Silika (Ms) juga mempengaruhi kuattekan mortar. Hasil kuat
tekan mortar yang menggunakan semen alternatif mutu A lebih rendah,yaitu
rata-rata sebesar 143,31 kg/cm2 bila dibandingkan dengan kuat tekan mortar
yangmenggunakan semen alternatif mutu E sebesar 280,04 kg/cm2 (lihat Tabel 7).Pada
semen biasanya diharapkan nilai Modulus Alumina (Ma) yang serendah mungkin.
PadaTabel 6 diatas terlihat bahwa semen alternatif mutu A memiliki nilai
Modulus Alumina (Ma)yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai Modulus Alumina
(Ma) semen alternatif mutu E danbesarnya mendekati Modulus Alumina (Ma) semen
Portland. Hal tersebut mengakibatkansemen alternatif mutu A lebih tahan sulfat
dibandingkan dengan semen alternatif mutu E.
2.7.2 Kuat
Tekan Mortar Yang Terdiri Dari Pasir Dan Semen Alternatif
Untuk mengetahui kuat tekan mortar
yang dibuat dengan semen alternatif, dilakukan pengujianpada benda uji
berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm. Pasir yang digunakan adalahpasir
Galunggung. Campuran memiliki komposisi semen alternatif : pasir = 1:3.
Pengujian kuattekan dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari. Gambar 2 memperlihatkan
kurva hubunganantara umur mortar dan kuat tekannya untuk masing-masing mutu
semen alternatif yangdigunakan. Dari hasil percobaan tersebut diperoleh keadaan
sebagai berikut:
Semakin besar porsi fly ash di dalam campuran, semakin
rendah kuat tekan mortar yang
dihasilkan.
Secara menyeluruh kuat tekan mortar yang dibuat dengan menggunakan
semen alternatifyang diteliti (maksimum 280,04 kg/cm2 pada mutu E) jauh lebih
rendah dibandingkandengan kuat tekan mortar yang menggunakan semen Portland
(500 kg/cm2), namun seluruhhasil pengujian kuat tekan mortar pada umur 28 hari
cenderung berada diatas nilai kuattekan minimum yang disyaratkan oleh
Puslitbang Permukiman (SNI 15-031), yaitu sebesar100 kg/cm2. Kekecualian
terjadi pada pada mortar yang dibuat dengan semen alternatifmutu D (kapur : fly
ash = 1 : 4, tanpa pembakaran) yang memiliki kuat tekan rata-ratasebesar 96,16
kg/cm2. Namun demikian, pada komposisi yang sama dengan pembakaran(mutu H)
terjadi lonjakan nilai kuat tekan sebesar 67,56 % menjadi 161,13 kg/cm2.
Nilai kuat tekan maksimum mortar yang menggunakan semen
alternatif tanpa prosespembakaran terjadi pada penggunaan semen alternatif mutu
A, yaitu 143,31 kg/cm2. Proses
pembakaran meningkatkan kuat tekan pada 7 hari maksimum sebesar 218,8 %
(dari53,56 kg/cm2 pada mutu A menjadi 170,75 kg/cm2 pada mutu E), sedangkan
untuk kuattekan pada 28 hari maksimum sebesar 95,4 % (dari 143,31 kg/cm2 pada
mutu A menjadi280,04 kg/cm2 pada mutu E).
Concrete block (conblock) merupakan salah satu bahan pembentuk dinding
yang seringdigunakan pada konstruksi Rumah Sederhana (RS) maupun Rumah Sangat Sederhana
(RSS).Syarat sifat fisik conblock untuk keperluan tersebut diatur di
dalam SNI-0349 seperti yangdisajikan pada Tabel 7.
Untuk pembuatan conblock pada
penelitian ini digunakan komposisi campuran semen alternatif: pasir = 1 : 6 dan
1 : 8. Pasir yang digunakan adalah pasir Galunggung. Ukuran conblock yangdigunakan
adalah 20 x 10 x 8 cm. Pencetakan conblock dilakukan dengan menggunakan
alatpress. Conblock yang telah selesai dicetak diletakkan di atas
lantai yang lembab selama 24 jamdan kemudian dilaksanakan curing dengan air
selama 3 hari. Pengujian tekan dilakukan padaumur 28 hari dengan skema yang
diperlihatkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengujian Conblock
Hasil pengujian kekuatan tekan
conblock yang terbuat dari semen alternatif dibandingkanterhadap yang terbuat
dari semen Portland, semen Cap Rumah, dan semen Pozolan Kapurdisajikan pada Gambar
4 dan Gambar 5. Berikut ini adalah beberapa hal yang
dapatdikemukakan dari hasil pengujian tersebut:
• Untuk
membuat bangunan Rumah Sederhana (RS) maupun Rumah Sangat Sederhana (RSS)cukup
digunakan conblock mutu A1 atau A2.
• Seluruh
komposisi campuran semen alternatif menghasilkan kuat tekan conblock yangmemenuhi
persyaratan SNI - 0349.
• Conblock
semen alternatif mutu A dan B dengan komposisi campuran 1: 6
memenuhipersyaratan A2, sedangkan untuk Mutu C dan D memenuhi persyaratan A1.
Pada komposisicampuran 1 : 8 semua semen alternatif memenuhi syarat A1.
b. Pasangan Bata Merah
Pengujian dilakukan pada pasangan
bata merah yang disusun dengan menggunakan mortardengan komposisi campuran
semen alternatif : pasir = 1 : 3 dan 1 : 5. Pasir yang digunakanadalah pasir
Galunggung sedangkan bata merah yang digunakan adalah dari kelas mutu
25(syarat: kekuatan tekan rata-rata minimum dari 30 buah bata yang diuji = 25
kg/cm2 dengankoefisien variasi yang diizinkan = 25% terhadap rata-rata kuat
tekan bata yang diuji). Pasanganbata dibuat tiga buah untuk setiap komposisi
dengan susunan dan pembebanan seperti yangterlihat pada Gambar 6. Hasil
pengujian disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Hasil
pengujian menunjukkan bahwa kekuatan pasangan bata tidak hanya tergantung
darikekuatan mortar tetapi juga dari kekuatan bata. Pola kerusakan benda uji
pasangan bata yangmortarnya menggunakan semen alternatif mutu A, B, C, dan D
dengan campuran semen : pasir= 1 : 3 mengindikasikan bahwa sebagian keruntuhan
terjadi pada batanya. Ini berarti bahwa adaketidakseimbangan antara kekuatan
mortar dan bata yang digunakan. Sedangkan pada pasanganbata yang mortarnya
memiliki komposisi campuran semen : pasir = 1:5, pola kerusakan yangterjadi
pada benda uji relatif seimbang. Jadi, dapat dapat disimpulkan bahwa untuk
jenis batadengan kelas mutu 25 dapat digunakan mortar dengan komposisi campuran
semen alternatif :pasir Galunggung = 1 : 5.
Selanjutnya juga ternyata bahwa kuat
tekan pasangan bata yang mortarnya menggunakansemen alternatif, semen Portland,
semen Cap Rumah, dan semen Pozolan Kapur relatif sama,sehingga penggunaan semen
alternatif sebagai bahan pengikat pada campuran mortar pasangan.Bata merah
berpotensi lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan semen Portland
atausemen Cap Rumah.
Beban P
49 cm
27 cm
Gambar 6. Kuat Tekan Pasangan Bata Dengan
Komposisi Campuran
Mortar 1 : 3(Semen : Pasir)
c. Beton
Pada pembuatan benda uji beton,
digunakan semen alternatif yang mengalami prosespembakaran, yaitu mutu E, F, G,
dan H karena memiliki kekuatan tekan yang lebih besardaripada semen alternatif
yang tidak mengalami proses pembakaran (mutu A, B, C, dan D).Benda uji yang
digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm dengan faktorair/semen
0,50. Perencanaan campuran beton dilakukan dengan metoda Dreux, dan
komposisiyang digunakan disajikan pada Tabel 8. Pengujian tekan
dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28hari.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa beton yang
dibuat dengan menggunakan semenalternatif mutu E (kapur : fly ash = 1 :
1, melalui proses pembakaran 900°C) mempunyaikekuatan tekan yang paling tinggi
dibandingkan dengan yang menggunakan semen alternatifmutu lainnya. Hasil
pengujian untuk beton yang menggunakan semen alternatif mutu E
tersebutdisajikan pada Gambar 9. Sedangkan perbandingan kekuatan tekan
yang dicapai untukcampuran yang menggunakan semen alternatif mutu E, F, G, H
dengan faktor semen/air 0,50diperlihatkan pada Gambar 10.
Beberapa hal
yang dapat dicatat sebagai hasil pengujian adalah sebagai berikut:
Kekuatan tekan beton yang dihasilkan semakin rendah seiring
dengan semakin besarnyaporsi fly ash di dalam komposisi semen alternatif
yang digunakan. Jadi, kapur yangterkandung di dalam semen lebih besar
kontribusinya di dalam mencapai kekuatan tekanbeton dibandingkan dengan
kandungan silika pada fly ash.
Pada Gambar 9 terlihat bahwa walaupun kekuatan tekan beton
yang menggunakan semenalternatif mutu E pada umur 28 hari (187,70 kg/cm2) lebih
rendah daripada yangmenggunakan semen Portland (449,50 kg/cm2) maupun yang
menggunakan semen CapRumah (377,90 kg/cm2), namun masih tetap di atas syarat
kekuatan tekan untuk betonstruktural yaitu 100 kg/cm2. Kondisi ini juga
terlihat untuk beton yang menggunakan semen
alternative
mutu F, G, dan H.
2.8 Potensi Ekonomis Semen
Alternatif Dengan Bahan Dasar Kapur Dan FlyAsh
Potensi ekonomis semen alternatif
dalam penelitian ini ditinjau dari peluangnya untuk dapatdigunakan secara luas
oleh masyarakat dan diproduksi oleh industri kecil atau menengah.Potensi ini
antara lain sangat tergantung dari ketersediaan bahan baku yaitu fly ash dan
kapurPadalarang, proses dan biaya produksi semen alternatif, serta biaya
penggunaan semen alternatifpada komponen bangunan rumah tinggal.
2.8.1
Ketersediaan Bahan Baku
Seperti yang telah disampaikan
sebelumnya, fly ash merupakan limbah pembakaran batubara.Direktorat Batubara,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengidentifikasicadangan
batubara sebanyak 38.768 juta MT (Metrik Ton). Dari jumlah tersebut, sekitar
11.484juta MT merupakan cadangan terukur dan 2.484 juta MT cadangan
terindikasi, dengan sekitar5.362 juta MT diklasifikasikan sebagai cadangan yang
tereksploitasi.Produksi batubara di Indonesia pada tahun 2004 sebanyak 127 juta
MT dan pada tahun 2005diperkirakan produksinya mencapai 150 juta MT. Dari tahun
ke tahun produksi batubara diIndonesia selalu mengalami peningkatan. Sebagian
besar produksi sebesar 67,5 % digunakanuntuk memenuhi pasar ekspor ke berbagai
negara di Asia Pasifik dan sisanya sebesar 32,5 %digunakan untuk konsumsi dalam
negeri. Pemakaian batubara terbesar di Indonesia oleh PLTUyang mencapai 20 juta
MT dan diikuti oleh pabrik semen sebesar 4,2 juta MT, dan sisanyasebesar 20,8
juta MT untuk industri lain, seperti pabrik tekstil. Limbah pembakaran
batubaraberupa 20 % bottom ash dan 80 % fly ash.
Dari data diatas, maka dapat
diperkirakan ketersediaan material fly ash per tahunnya sebanyak36 juta
MT. Dengan melihat jumlah ketersediaan material fly ash, maka semen
alternatiftersebut dapat diproduksi secara masal dengan kapasitas industri
menengah. Sementara kapurmerupakan bahan alam yang cukup banyak tersedia
seperti yang telah dibahas sebelumnya.
2.8.2 Proses
Produksi Semen Alternatif
Penggunaan kapur tanpa proses
pembakaran untuk menghasilkan kapur padam danfly ash yang telah tersedia sangat menyederhanakan
proses produksi sehingga dapatdilaksanakan dengan relatif lebih mudah dan lebih
murah oleh masyarakat umum. Baik prosesproduksi maupun prasarana dan peralatan
yang diperlukan untuk menghasilkan semen alternatifjauh lebih sederhana
dibandingkan dengan proses produksi dan prasarana serta peralatan
untukmenghasilkan semen Portland. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat
membuat semenalternatif sendiri untuk kebutuhannya sendiri maupun industri
kecil.
Selanjutnya, dibandingkan dengan
semen Portland, bahan pembentuk semen alternatif juga jauhlebih sederhana
karena hanya terdiri dari kapur dan fly ash sedangkansemen Portland memerlukan
bahan baku yang terdiri dari limestone, siltstone, shale, iron
sand,pozzolan, dan gypsum. Selain itu, proses produksi semen
alternatif lebih sederhana danmemerlukan biaya yang lebih rendah daripada
proses produksi semen Portland karena padatahap pembakarannya hanya memerlukan
suhu 9000C sedangkan pada semen Portland suhumencapai 14000 C.
2.8.3
Estimasi Kasar Biaya Produksi
Di dalam penelitian ini, estimasi
didasarkan pada asumsi bahwa biaya produksi meliputi biayabangunan dan areal
produksi (termasuk biaya pemeliharaan dan penyusutan), biaya peralatan(terutama
tungku, mixer, genset, simawar, kompresor listrik, termasuk biaya
pemeliharaan danpenyusutan), biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan bahan
bakar (minyak tanah dan solar),dan biaya packaging. Diasumsikan pula
bahwa tersedia 50 buah tungku pembakaran dengandaya tampung 80 kg semen
alternatif/tungku/proses pembakaran selama 2 jam. Bila dalam satuhari dilakukan
3 kali pembakaran, maka kapasitas produksi adalah 12 ton/hari atau
300ton/bulan.
Dengan asumsi
di atas diperoleh biaya produksi semen alternatif mutu E sebagai berikut:
• Bahan baku
= Rp. 42.000.000,-
• Perawatan
dan penyusutan peralatan = Rp. 581.250,-
•
Pemeliharaan dan penyusutan bangunan = Rp. 968.000,-
• Upah
pekerja = Rp. 7.200.000,-
• Bahan Bakar
= Rp. 71.750.000,-
• Kantong
semen = Rp. 6.750.000,-
• Biaya
produksi Semen Alternatif = Rp. 129.249.250,- /bulan
Biaya
produksi semen alternatif per zak :
(Rp.
129.249.250/7500 zak) = Rp. 17.233,-
Keuntungan 20
% = Rp. 3.446,-
Biaya
distribusi (asumsi 10 %) = Rp. 1.723,-
Pajak 10 % =
Rp. 1.723,-
Harga jual
per zak = Rp. 24.125,-
Dibulatkan =
Rp. 24.200,-
Sebagai
pembanding, harga semen Holcim PC Rp. 38.000/zak dan semen PPC Rp.
31.000/zak.Dengan asumsi dan cara yang serupa diperoleh harga jual per zak
semen alternatif mutu A(tanpa pembakaran) sebesar Rp. 8.748,-
2.8.4
Estimasi Biaya Kasar Penggunaan Semen Alternatif Pada Komponen Bangunan
Rumah Tinggal
Berdasarkan desain campuran beton
dengan mutu K-175 diperlukan 6,8 zak atau 340 kg semenPortland per m3 dengan
biaya sebesar Rp. 258.400,-. Sedangkan apabila digunakan semenalternatif mutu E
untuk kuat tekan yang sama, diperlukan 10 zak atau 400 kg semen alternatifper
m3 dengan biaya sebesar Rp. 242.000,-. Tabel 9 menyajikan biaya material
yang diperlukanuntuk menghasilkan 1 m3 beton K-175 baik dengan menggunakan
semen alternatif maupunsemen Portland.
Untuk pasangan bata merah
dengan komposisi mortar 1 : 3 dibutuhkan 0,42 zak atau 21 kgsemen Portland per
1 m2 dengan biaya sebesar Rp. 15.960,- (menghasilkan kuat tekan sebesar29,60
kg/cm2) sedangkan dengan menggunakan semen alternatif mutu A dengan
komposisicampuran mortar yang sama diperlukan biaya sebesar Rp. 3.674,-
(menghasilkan kuat tekansebesar 28,32 kg/cm2).
Untuk pembuatan conblock mutu
A2 dengan komposisi campuran 1 : 6 dibutuhkan SemenPortland 0,55 kg atau Rp.
418,- (menghasilkan kuat tekan 59,70 kg/cm2), sedangkan denganmenggunakan semen
alternatif mutu A dengan komposisi campuran yang sama diperlukanbiaya sebesar
Rp. 121,- (menghasilkan kuat tekan 45,83 kg/cm2).
BAB III
UJI COBA BAHAN
3.1
alat dan bahan
Bahan :
1. 2 kg kapur
olahan
2. 3 kg
magnesium
3. 3 kg semen
merah
4. 5 kg pasir
5. 5 kg kricak (batu
pecah)
6. 10 liter air
Alat :
1. Pipa pvc
diameter 1.5"
2. Gergaji
3. Tata-kan
4. Ember
5. Gelas ukur
6. Skop
7. Kayu
8. Alat tulis
3.2
proses pembuatan
Langkah-langkahpembuatan
beton dengan campuran 1 kapur / 3 pasir / 5 kricak :
1. Siapkan ember
kemudian masukan 1 gelas pasir,3 pasir,dan 5 kricak
2. Aduk sampai
merata,masukan air 1/3 gelas,
3. Aduk sampai
mencadi pasta semen,
4. Siap-kan
cetakan dari potongan pipa,
5. Masukan
kedalam cetakan,dan padatkan dengan kayu dengan cara dituk tusuk
6. Diamkan
selama 2 minggu
7. Setelah 2
minggu lepaskan dari cetakan.
Langkah-langkahpembuatan
beton dengan campuran 1 kapur / 3 pasir / 5 kricak + 1 semen merah :
1. Siapkan ember
kemudian masukan 1 gelas pasir,3 pasir,dan 5 kricak + 1gelas semen merah,
2. Aduk sampai
merata,masukan air 1/3 gelas,
3. Aduk sampai
mencadi pasta semen,
4. Siap-kan
cetakan dari potongan pipa,
5. Masukan
kedalam cetakan,dan padatkan dengan kayu dengan cara dituk tusuk
6. Diamkan
selama 2 minggu
7. Setelah 2
minggu lepaskan dari cetakan.
Langkah-langkahpembuatan
beton dengan campuran 1 kapur / 3 pasir / 5 kricak + 1 semen merah dan 1
magnesium :
1. Siapkan ember
kemudian masukan 1 gelas pasir,3 pasir,dan 5 kricak + 1 gelas semen merah dan 1
gelas magnesium ,
2. Aduk sampai
merata,masukan air 1/3 gelas,
3. Aduk sampai
mencadi pasta semen,
4. Siap-kan
cetakan dari potongan pipa,
5. Masukan
kedalam cetakan,dan padatkan dengan kayu dengan cara dituk tusuk
6. Diamkan
selama 2 minggu
7. Setelah 2
minggu lepaskan dari cetakan
Tabel perbandingan
3.3
hasil percobaan
Beton campuran1 kapur
/ 3 pasir / 5 kricak :
Beton campuran1 kapur
/ 3 pasir / 5 kricak+ 1 semen merah :
Beton campuran1 kapur
/ 3 pasir / 5 kricak + 1 semen merah dan 1 magnesium :
BAB IV
4.1
Kesimpulan
Semen Alternatif dengan bahan dasar
kapur dan fly ash dapat dijadikan
sebagai pengganti semen Portland secara keseluruhan pada industri perumahan
sederhana. Kuat tekan semen alternatif yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI
15-0301 yaitu ≥ 100 kg/cm2.
Semen alternatif dapat diproduksi
dengan proses pembakaran maupun tanpa proses pembakaran. Kuat tekan maksimum
pada umur 28 hari untuk semen alternatif tanpa proses pembakaran adalah 143,31
kg/cm2 dengan komposisi kapur : fly ash = 1 : 1, sedangkan untuk semen alternatif
dengan proses pembakaran pada temperatur 900°C kuat tekan maksimum yang dicapai
pada umur yang sama adalah 280,04 kg/cm2.
Semakin tinggi kandungan fly ash di
dalam campuran semen alternatif, semakin rendah kuat tekan yang dihasilkan pada
umur 28 hari. Untuk memperoleh kuat tekan yang memenuhi persyaratan SNI
15-0301, kandungan fly ash maksimum yang dapat ada dalam campuran adalah pada
perbandingan kapur : fly ash = 1 : 3 untuk semen alternatif tanpa
dibakar dan 1 : 4 untuk semen alternatif dengan proses pembakaran.
Semen alternatif mutu A, B, dan C
dapat digunakan pada konstruksi non struktural, seperti plesteran, acian,
drainase, pasangan bata, dll, selain itu dapat juga dijadikan sebagai bahan
campuran untuk pembuatan concrete block, sedangkan semen alternatif mutu
E, F, G, dan H dapat digunakan untuk konstruksi struktural, seperti balok,
kolom, dan pelat lantai. Penggunaan semen tersebut terbatas pada konstruksi
beton yang didesain dengan mutu K-125 dan K-175.
Biaya produksi semen alternatif jauh
lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi semen Portland yang beredar di
pasaran karena energi yang dibutuhkan lebih rendah dan proses produksi yang
lebih sederhana. Dengan demikian semen alternatif akan lebih ekonomis apabila
digunakan sebagai bahan pengikat pada industri perumahan sederhana dan dapat
diharapkan bahwa harga rumah tersebut lebih terjangkau oleh
masyarakat.Penggunaan semen alternatif pada industri perumahan akan mengurangi
kebutuhan terhadap semen Portland yang telah diketahui tidak terlalu ramah
lingkungan akibat emisi CO2 dalam proses produksinya.
4.2 Daftar
Pustaka
1. Banerjea, H. N.,
(1980) ‘Technology of Portland Cement and Blended Cements’., Wheeler
Publishing ltd., Allahadad.
2. Bogue, R. H., (1991) ‘Chemistry
of Portland Cement’., New York.
3. British Geological
Survey for the Office of the Deputy Prime Minister as part of the research
project ‘ODPM-BGS Joint Minerals Programme’ (2005), ‘Natural HydraulicLimes’,
Mineral Planning Worksheet, Crown Copyright.
4. Chatterjee, T. K.,
(1991) ‘Burnability and Clinkerization of Cement Raw Mixes’., Mysore
Cements Limited., India.
5. Consortium for Fly
Ash Use in Geotechnical Applications,
http://geoserver.cee.wisc.edu/fauga/new_page_1.htm
6. Ghosh, S. N., (1991) ‘Cement
and Concrete Science & Technology Vol. 1 Part 1.’, ABI Books Pvt. Ltd
New Delhi India.
7. Departemen Pekerjaan
Umum., (1996) ‘Pengkajian Mixed Portland Cement (Semen Cap Rumah) untuk
Bahan Komponen Bangunan’., Bandung.
8. Departemen Pekerjaan
Umum., (1997) ‘Pengembangan Semen Alternatif’., Bandung.
9. Departemen Pekerjaan
Umum., (2002) ‘Pengembangan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit untuk Rumah
Sederhana’., Bandung.
10. Departemen Pekerjaan
Umum., (1999) ‘Pengembangan Bahan Cementitious sebagai BahanBangunan’., Bandung.
11. Departemen Pekerjaan
Umum., (1982) ‘Persyaratan Umum Bahan Bangunan’., Bandung.
12. Departemen Pekerjaan
Umum., (1992) ‘Teknologi Adukan dan Pasangan Tembok’.,Bandung.
13. Dinas Pertambangan
dan Energi Propinsi Jawa Barat., (2002) ‘Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Pengolahan
Trass sebagai Bahan Baku Semen Pozolan di Kabupaten Bandung’.,Bandung.
14. Dinas Pertambangan
dan Energi Propinsi Jawa Barat., (2002) ‘Aplikasi Penggunaan Semen Pozolan
Kapur (SPK) pada Komponen
Rumah Sederhana’., Bandung.
15. Hanafiah., (1996) ‘Persamaan
Konstitutif Beton Kinerja Tinggi dengan Abu Terbang sebagai Subtitusi Parsial
Semen’.,Disertasi., Institut Teknologi Bandung., Bandung.
16.
http://mail.uns.ac.id/~bkt/praktikum/uji_bata.html., Dimensi dan Sifat Fisik
Bata Merah.
17. Kusnadi., (2000) ‘Teknologi
Beton’., Institut Teknologi Bandung., Bandung.
18. Kurdowski, Wieslaw.,
(1991) ‘Cement Manufacture’., MIMBIO Akademia Gorniczo- Hutnicza.,
Poland.
19. Kurdowski, Wieslaw., (1991)
‘Chemistry and Mineralogy of Cement Clinker’., Institut of Building
Materials., Poland.
20. Laboratorium
Teknologi Beton Lembaga Politeknik Pekerjaan Umum – Institut Teknologi
Bandung., (1992) ‘Pedoman Praktikum Beton’., Bandung.
21. Lisnawaty, Lina.,
(1997) ‘Optimasi bahan Bakar dan Bahan Baku di Pabrik Semen’., Skripsi.,
Institut Teknologi Nasional., Bandung.
22.
http:/www.lafarge.com., ‘Blue Cycle Cement’., Diakses Tanggal 29 Juli
2005.
23. Maslehudin, M.,
Saricimen, H, dan Al-Mana, A., (1987) ‘Effect of Fly Ash Addition on The
Corrosion Resisting Characteristics of Concrete’., ACI Material Journal.
Vol. 84, No.1.
24. Mohan, Lata., (1991)
‘Advances in Some Special and Newer Cements’., India.
25. Sihotang, Abinhot.,
dan Hazairin., (2002) ‘Pemanfaatan Kapur dan Pozolan sebagai Bahan Baku Utama
Pembuatan Semen Hidraulis Alternatif”., Bandung.
26. Suhud, Ridwan.,
(2001) ‘Desain Campuran Beton’., Proceedings Seminar Beton., Institut
Teknologi Nasional., Bandung.
27. Sersale, Ricardo.,
(1991) ‘Blended Cement’., Department of Materials and Production
Engineering., Italy.
28. Soenarno, Industri
Semen Harus Tingkatkan Penggunaan Kapasitas
Menganggur.,http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/21/ekonomi/.
29. Standar Nasional
Indonesia (SNI) 08-0302-1999., (1999) ‘Semen Portland Pozolan’.
30. Standar Nasional Indonesia
(SNI) 05-2419-1991., (1991) ‘Spesifikasi Bahan Bangunan A’.
31. Standar Nasional
Indonesia (SNI) S-15-1990., (1990) ‘Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan
Tambahan untuk Campuran Beton’.
32. Standar Nasional
Indonesia (SNI) 15-0301., ‘Semen Pozolan Kapur’.
33. Standar Nasional
Indonesia (SNI) 03-2097., ‘Persyaratan Mutu Kapur Padam’.
34. Standar Nasional
Indonesia (SNI) 03-1750., ‘Persyaratan Agregat untuk Beton’.
35. Standar Nasional
Indonesia (SNI) 0349., ‘Persyaratan Concrete Block’.
36. Swamy, R. N., (1984)
‘Fly Ash Utilization in Concrete Construction’., Proceedings, Second
International Conference on Ash Technology and Marketing, London, September 16
th-21 th.
37. Tse, E. W., Lee, D.
Y., and Klaiber, F. W., (1986) ‘Fatigue Behavior of Concrete Cantaining Fly
Ash’., Proceedings, Second
International Conference on Fly Ash, SilicaFume, Slag and Natural Pozzolanos in
Concrete, Vol I.
Mohon ijin admin , numpang iklan promosi yaa....
BalasHapusKami menjual Batu kapur/ Kapur Aktif / Cao / CaOH2 / Kalsium Oxide / kalsium hidroxie /Limestone/ Quick Lime / Batu gamping / Kapur bakar / Kapur tohor/ Kapur sirih/Cao/ Kalsium Hidroksida/ Kalsium Karbonat / CaCo3 / Kapur pertanian / Kaptan / Kapur padam /Zeolite / Bentonite / Dolomite dll.
Tersedia mesh 80 s/d Mesh 800 dengan kemasan / packing karung / 25 kg , 50 kg , 500 kg , 1000 kg .
Untuk informasi lebih lanjut Silahkan hubungi :
Asep 081281774186
085793333234
Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu
Siap kirim ke seluruh kota di indonesia